S A M U E L W A H A B Y ' s Z O N E

Welcome to my zone
You can see parts of my life...!!!

Kamis, 27 Januari 2011

renungan dalam malam kelabu

kadang ada gerutu yang terus menerus melindas karamnya hati yang keruh akan keluh
sunggug sulit terasa bagi diri ini untukberdiri dengan tegak pabila hanya ditopang oleh dua kaki yang pincang

tulang yang merapuh hanya mampu memendam rasa yang sulit untuk kuterjemahkan dalam bahasa cinta yang ingin didengar setiap kaum hawa

aku berlari..
aku berputar..
atau bahkan untuk aku berayun pun mulai kabur dalam bayangan mata

kornea yang lelah untuk menatap tajam karena menua akan pahit getirnya kata cinta yang menancap di balik jeruji hati

ada berjuta kata yang ingin kusiapkan agar angin mampu menghembuskannya
kupastikan ada dua telinga yang akan mendengar bisik hati yang mengalun parau hingga tak kusadari, aku yang berucap pun hanya mati menahan getar yang rontokkan jantung dalam tiap degupan yang teramat dahsyat

"tak bolehlah ada penyesalan dalamsetiap kehidupan meski hanya terucap dalam satu kata ketika terniang dalam nuansa mengenang memori lalu yang tak kunjung berlalu.."

yaa itulah kata yang teramat menyejukkan dalam hidupyang rumit dan pelik
biar saja orang berkata apa menurut pada untaian makna yang terselubung dalam belang ucap bibir yang tak terkendali

hanya ada hati yang lemah yang tersaji dalam sempitnya waktu yang tak bisa ku terka
bila pun ada ulur waktu yang diberikan cinta dalam masa perenungan ini
tak mampu aku melawan badai yang menghantam tiapdetik dalam nafas yang ku hela

biarkanlah angin yang bertiup sepoi taui hati yang kugenggam ini
biarkanlah bulan yang menerangi samar-samar tuk kelabui hati yang makin tertanam lemah dan beardu lelap dalam pangkuan cinta yang hampir sirna
dan biarkanlah air riuh itu mengajak hati mendayu lembut agar tak ada goncangan lagi hingga beningnya hidup dalam kasih yang terpatri pasti mampu menuai rasa indah meski hidup dalam dera dan cerca..

meski aku tak mampu memberikan jaminan layaknya sebuah barang yang terbeli tuk menjaga keyakinan hati
biarlah aku berikan jaminan cinta dalam abadinya hati, agar ada yang taui abadinya melekat bersama waktu yang terus berlaju....

LAYANGAN HATI

Satu hari dalam hidupku aku tertawa dengan airmata tuk basuh perih  tak terperi ini,
Satu hari dalam hidupku aku tidur dalam sedu sedan menahan suara sopranku tuk menganga, dan
Satu hari dalam hidupku aku berjalan tegak diatas padang  pasir yang tandus…

Sungguhlah memang seperti aku tak bersahabat dengan diriku sendiri, semua serasa kabur dan berbanding terbalik dengan mega yang kulihat di senja yang ingin kutuju, cermin yang kugenggam hanya tinggal kepingan kaca yang tajam hingga luka tangan ini, semua sudah berubah dan ku tak percaya lagi apa-apa yang ada pada diri n sekeliling ini
Biarpun dunia meniupkan angin surga, tak akan kutanggapi karena ku tak pernah tau surga mana yang ditujukan untukku, atau bilakah langit menurunkan gerimis dalam gersang hidupku, tak akan  kubiarkan tubuhku terjamah karena hujan yg diturunkan untukku, aku pun tak tau untuk apa.

Sudah lelah hati ini untuk terus mencoba dan berusaha seperti tak ada yang bermuara padaku, semua menjauh dan menurun.. apakah aku terlalu tinngi untuk didaki atau terlalu luas untuk direngkuh?? Seakan tak habis pertanyaan dalam otakku tuk dijabarkan semuanya membosankan bagiku.

Laut dan samudera seakan terbahak padaku, menimpakan gemuruh suaranya seperti gunungan gelombang laut yang siap meluluh lantahkan istana pasir di hatiku, seiya sekata dg laut maka bumi pun ikut berdendang menggemakan decak suaranya bak letupan gunung yg diselingi kabut untuk melengkapi hidupku untuk bergoyang dalam semarak takdirku.
Aku tak menganggap ini kena’asan atau peluh dunia yang tertulis untukku namun hanyalah sebuah sentuhan gelombang elektromagnetik yang diberi dan dirangkaian dalam roda hidupku agar tetap menyala….

Aku tak pernah mengerti mengapa ku begitu rapuh tak sekuat dulu, menutupi ragu yang menggoncangkan hati dan fikiranku untuk meraba hati yang lain, aku seperti terperosok dalam pada jamahan sesaat riakan kecil air sungai, aku tersesat dan susah tuk berbalik arah, adakah sepotong jalan yang akan putarkan aku kembali pada rasio yang dulu sempat menempel dalam nalarku hingga ku bias kembali pada tempatr semua bermuara?

Aku sesekali menengok dalam kaca yang retak itu, menatap kembali dengan penuh perasaan melingkupi ruang hampa sekitar yang seakan menghimpitku dan enggan mengeluarkanku dalam panggkuannya..

Aku jenuh untuk berkata pada diri sendiri karena tak ada sahut yang menjawab atas pertanyaan hidupku yang tak kunjung menggumam dalam dada.

Aku sepi dalam diam ini, aku dingin dalam kemelut ini, aku merindu pada hangat tawa yang meredup dalam angin yang berlalu

Aku sungguh ingat saat hujan datang padaku hampir setahun yang lalu, beradu dengan gemerincik air yang setia temani hangatnya canda tawa yang tak kukira hingga semua berlalu dalam satu untaian kata tak tuntas. Meloloskan hati untuk menenggelamkan kisah lalu sungguhlah bukan perkara mudah tak seperti menerbangkan ribuan sobekan kertas dalam genggaman dan sekali kutiup semuanya hilang melayang tersapu angin yang sempat ucapkan pisah dalam bisik-bisik kecil
Tak mudah bagiku untuk menahan, tak singkat untuk menghitung, hanya kekosongan yang kudapati seakan aku mati dalam tumpukkan salju, tak ada gelora atau gairah yang mampu cairkan beku hati hingga nampak sosok baru yang warnai hujanku untuk tak bergerak, ya sungguh tak ada gerak yang mampu menyentuhku lagi seperti semua langkah yang kuambil tak ada yang luput  tanpa izinnya, sungguh aku kaku dalam keadaan itu, merasa asing pada hal lama yang sering kujumpai

Lambat laun rasa yang mengikat dan memenjarakan aku dalam sandungan kecil pada jalan buntu itu membuatku betah untuk tetap terdiam tak mau bergerak, merasa hujan  bersahabat padaku kembali membawa pada rasa baru yang sungguh tak pernah ku fikirkan diawal dan menyentuh palungku pada peluk baru yang mengatakan ada getaran baru yang harus ku perbaharui seperti bumi yang membutuhkan penghijauan agar tetap terjaga kesuburannya dan seperti itu memang adanya hatiku dan hidupku saat itu.

Dan hingga pada suatu ketika renyuh hati dan mataku berbentuk isyarat, hingga hujan yang mulai kucintai tulus kembali seakan tak bias lagi kudekati.. semua harus hilang dan berakhir karena semua yang dijalani hanya berakhir pada jalan buntu tanpa penyelesaian, hanya sakit yang sangat parah yang nanti mungkin tercuatkan, aku tak mau melukainya sungguh untuk tetap memilih pada sisi yang tak seharusnya dijalani,
Dalam hati aku bergumam, ini tak boleh diteruskan..
Semuanya salah dan tak pernah bisa benar
Aku hanya jadi sandaran baru untuk orang baru ini, hanya untuk sesaat dan sekejap
Aku hanya jadi puing penambal hatinya yang bolong, sungguh malang n gelisahnya aku

Meskipun itulah nyatanya, tapi senyum hangat tawanya telah menggondol separuh ahtiku yang baru kerekatkan kembali… hanya dia dan hanya dia, pendatang baru yang lumpuhkan mataku untuk tak menatap sesiapa lagi, seakan buta untuk mendapati pencerahan….!!!

lalu berlalu, menyilang dalam simpang yang kunjung hilang

Tak ada bulan atau bintang dalam setiap malamku. Semua kelabu dan tak terbentuk sinaran untuk terangi gelap jalanku ini. Seperti senja yang tak berujung dalam penat, Hanya menggoreskan luka  dan sesak dalam dada.
Bila pun aku mencinta, Aku hanya mencinta untuk diriku sendiri. Tak cukup waktuku untuk kubuka, apalagi ku bagi.
                Aku bagai seonggok sampah dalam limpahan berlian disekelilingku. Aku menjdai busuk dalam segarnya buah-buahan di dahan. Apakah aku seperti air dalam badai yang hanya untuk dihempaskan dan semuanya berlalu???
Ibarat angin musiman yang berlalu begitu saja tanpa arti. Aku mau merintih dalam perih ini. Aku mau berontak dalam sesak ini, dan aku mau menjerit dalam bisu ini tapi gaung ketenangan yang pernah dibagi untukku telah menghilang dengan satu kecup di kening yang penuh takut itu.
Aku tak berani keluar dalam penjara ini, hanya terkurung dalam sangkar usang dan dipenuhi karat.  Andai ada yang tau betapa dalam sakit ini, berapa lama kukubur pahit ini dan tak mau lagi aku telan getir dalam bulir rasamu ini, namun saying semuanya hanya untukku, yaa selalu untukku…
Bertahun-tahun aku terkurung dalam siksa batin yang kututupi, menutup rasa malu dan takutku yang dalam hingga tiba kau datang dan buka takutku tepis semua risauku tentang hitam bayangku seperti membuka tabir yang enggan untuk kulihat kembali meski sejenak.
Kau perlihatkan sinaran hati yang kau percikan dalam goresan kelam sisi hatiku. Menyela segala risau yang menganga sepanjang hati yang kuurai sangat dalam. Kau seperti pelita dalam harap yang tak kunjung datangiku, membelokka segala angin yang menjauh untuk tetap sejukkan hati hingga mentari yang enggan menyinari pun seakan kau tamping cahaya hangatnya untuk mendiami sekujur tubuhku. Dan nyatanya itu hanya dating dan pergi secepat kilat yang menyambarku di siang hari.
Sungguh tak beruntungnya aku, hanya sekejap kau datang dan berlalu seketika. Seandainya aku tahu hanya jadi pelabuhan untuk singgahanmu mungkin akan kuberi tempat yang tak sedalam ini, aku tak mau samuderaku mengering untuk mengiringi setiap decak langkah kau kau ulur  jauh.
Tak ada lagi pelangi di siang hari saat ini, hanya kelabu dan mendung yang Nampak di sudut hari dalam hidupku, tak ada rona merah atau jingga yang hiasi senjaku ini. Cukup menyendiri mulai sekarang, mengarahkan kaki untuk menjauh dan tak mau kuayunkan langkah bersama dengan dentuman suara kaki lain, biarlah aku menjadi aku yang penyendiri.
Disaat kurasa kebangkitan diri yang mulai kuyakini hanyalah mimpi dan ketika ku buka mata semua itu semu aku hanya meminta sang hujan yang kubenci tuk temani ragaku ini. Meminta hal yang tak kusukai untuk tetap menjajal hariku hingga kutemui cinta dalam benciku ini.
Bila kau tlah temukan cintamu yang hilang maka akan kucari nanti, tidak saat ini. Bila kau tlah lupakan aku dalam memori ingatanmu kubuka lagi nanti, karena semua tlah kubekukan dalam kecup yang menghilang. Dan bila ku tak mungkin kembali padamu, begitu pun aku akan tetap menjauh dan menyendiri seperti aku yang dulu.



Dalam hitungan hari yang kutulis dalam lembaranku, sungguh aneh kurasa dirimu. Memaksa untuk ku berucap sumpah. Berikrar pada hati dan yakinmu agar ku ada dalam dekap takutku yang kau munculkan.
Jiwa yang seumur hidupku kemarin terlepas n melayang bebas seperti diikat dan disekat dalam senyum yang ditebar untuk detik yang kulalui. Janggal dalam benak ini, berkata ada apa denganmu??? Tak ada sakit yang kurasa apalagi kupelihara seperti yang selalu dirimu pertanyakan.
aku hanya maju dan melaju searah dengan jaraum waktu yang tak bisa kuberhentikan meski aku coba tuk meminta. namun yakinku yang kupegang hanya janji bahwa aku akan tetap berdiri dalam semua kepahitan yang kau beri, sepertimu yang berlalu melewati persimpangan hati yang kau bagi, maka aku pun ikut melangkah dan tak sesekali berniat tuk kembali.